Tuesday 13 August 2013

HIDUP SEHAT DENGAN NEWSTART; MENCEGAH LEBIH BAIK DARIPADA MENGOBATI Bagian IV

SINAR MATAHARI


Satu dekade belakangan ini industri dan juga perdagangan produk suplemen semakin marak, baik melalui media internet ataupun langsung. Maraknya keberadaan suplemen kesehatan, baik produksi dalam negeri maupun yang diimport dari luar negeri, didukung oleh kebutuhan masyarakat yang semakin “melek” dengan kesehatan. Namun, sayangnya, “melek kesehatan” ini tidak diimbangi dengan informasi yang benar, baik dari pihak pemerintah maupun organisasi kesehatan independen. Informasi ini seharusnya disediakan sebagai penyaring berbagai media iklan komersil yang memborbardir masyarakat; belum dengan iming-iming bonusnya. Informasi yang ilmiah sangat diharapkan sebagai rem dari sifat konsumtif karena melek kesehatan yang salah kaprah, kalau tidak boleh disebut kebablasan.
Kebanyakan masyarakat sekarang rela membayar berapapun untuk mendapatkkan suplemen kesehatan yang menjanjikan mampu “mengobati” segala macam jenis penyakit. Padahal, suplemen HANYALAH salah satu elemen dalam MENCEGAH, bukan mengobati. Jika kebanyakan orang mau merogoh kocek mereka dalam jumlah besar untuk membeli sebuah “suplemen super”, bagaimana kalau penulis kabarkan hari ini bahwa kita semua dapat mendapatkan salah satu “suplemen super” itu dengan harga GRATIS alias CUMA-CUMA?

Wow! Suplemen apakah itu? Bagaimana saya mendapatkannya? Dimana saya bisa mendapatkannya? Kabar baiknya adalah kita semua dapat mendapatkannya dimanapun dan kapanpun kita berada, kecuali bila tinggal di negara dengan empat musim atau kutub utara-selatan. Sangat mudah mendapatkkannya, bisa diakses langsung. Apakah suplemen itu? Pernahkah Anda tahu bahwa SINAR MATAHARI mempunyai daya penyembuhan dan daya membunuh bakteri-virus yang luar biasa?

MANFAAT SINAR MATAHARI
  • Membunuh kuman, bakteri dan virus yang merugikan kesehatan manusia. Tahukah Anda, mengapa penyakit Tuberkulosis atau lebih dikenal dengan TBC, banyak terjangkit di daerah dengan padat penduduk dan kumuh? Jika kita perhatikan, “slump area” ini biasanya terletak justru ditengah kota diantara gedung-gedung tinggi. Terbatasnya tanah mengakibatkan masyarakat membangun rumah “sejadinya”, yang penting tidak kehujanan, tidak kepanasan; tanpa memperhatikan apakah sinar matahari dapat masuk menjangkau setiap kamar. Jendela kamar ataupun rumah yang “seadanya” tidak berfungsi sebagaimana mestinya, menjamin pertukaran udara yang optimal. Kuman tuberkulosis dapat bertahan dalam udara yang selama 6-8 jam. Kuman tuberkulosis akan mati dengan terkena sinar matahrai langsung, atau berpindah ke luar jika ventilasi berfungsi dengan baik. Penulis pernah melakukan survey didaerah “slump area” di kawasan Penjaringan, Jakarta-Utara dan hasilnya banyak didapati tempat tinggal kontrakan yang hanya terdiri dari satu ruangan, kira-kira seluas 4x6m, dan dihuni 6-7 orang. Satu-satunya ventilasi yang ada adalah pintu. Bisa dibayangkan betapa panas, pengab dan tidak sehatnya hunian seperti ini karena disamping kanan-kirinya adalah bangunan yang lebih tinggi.
  • Menguatkan sistem pernafasan. Rajin berjemur sinar matahari pagi ditambah olahraga pernafasan sangat menguntungkan untuk paru-paru. Dengan demikian menurunkan resiko pneumonia (radang paru-paru) dan menurunkan angka kekambuhan pada pasien-pasien asma bronkiale.
  • Mengoptimalkan kerja hormon. Pada tahun 2005, Dr. Jeffrey Walch dan teman-temannya meneliti bahwa paparan sinar matahari langsung meningkatkan hormon serotonin dalam tubuh, yang bertindak sebagai penghilang rasa sakit alami (“natural painkiller”)
  • Mencegah nafsu makan yang berlebihan
  • Mencegah penuaan dini
  • Meningkatkan kecerdasan. Anak-anak yang lebih banyak bermain di alam bebas menunjukkan keseimbangan antara perkembangan tingkat kecerdasan, penerapan dalam kehidupan sehari-hari dan kemampuan bersosialisasi.
  • Memperkuat otot-otot
  • Membangun sistem kekebalan tubuh
  • Mencegah perkembangan beberapa kanker. 
    Institut Kanker Nasional di Amerika melaporkan bahwa berjemur di bawah sinar matahari yang tepat, meningkatkan daya tahan tubuh pasien yang berarti pada pasien-pasien melanoma.
    Penyelidikan dari Institut Karolinska di Stockholm menemukan bahwa: berjemur di bawah sinar matahari mengurangi resiko penyakit Lymfoma Non-Hodgkin sampai 40% dan melindungi terhadap penyakit Hodgkin (penyakit yang menyerang kelenjar getah bening).
    Penelitian yang mengejutkan dikemukakan oleh Harvard School of Public Health yang menyatakan bahwa kadar vitamin D yang tepat akan mengurangi resiko kanker sebanyak 30%. Lebih jauh dikatakan bahwa 35% kanker disebabkan oleh rendahnya kadar vitamin D dalam tubuh yang banyak terdapat dalam sinar matahari.
  • Mencegah osteoporosis. Sebagaimana kita tahu bahwa dalam pembentukan tulang dari kalsium, peran vitamin D sangatlah penting. Untuk itu, biasanya dalam hampir semua produk susu ditambahkan vitamin D yang sudah difortifikasi.
    Keterangan Gambar; bermacam-macam jenis melanoma yang jinak dan ganas
  • Mencegah depresi. Kita, yang tinggal di Indonesia, dengan negara tropis-dimana sinar matahari ada sepanjang tahun, patut sangatlah bersyukur. Tahukah Anda bahwa di negara-negara dengan empat musim, ataupun daerah kutub-dimana matahari baru tampak setiap enam bulan, ada penyakit yang disebut dengan “SAD” ( Seasonal Affective Disorder). SAD merupakan gangguan mental berupa depresi secara emosi karena kurangnya sinar matahari selama hari-hari pendek musim dingin. Dr. Norman Rosenthal dan timnya di National Institute of Mental Health menyebut gangguan mental ini sebagai “winter blues”. Mereka menemukan ada satu hubungan langsung antara kurangnya sinar matahari selama berjam-jam pada musim salju dan munculnya gejala depresi, seperti orang-orang enggan beraktivitas karena energi yang rendah. Hampir tiga puluh lima juta (35.000.000) penduduk Amerika menderita gangguan ini; sepuluh juta diantaranya sampai masuk ke tingkat berat. Gejala dari SAD ini adalah; kesedihan, mudah marah, meningkatnya kekerasan, angka bunuh diri meningkat, muncul banyak pelecehan terhadap anak-anak, menurunnya energi fisik, meningatnya selera makan, khususnya mengkonsumsi karbohidrat. Lebih lanjut dikatakan wanita lebih rentan terhadap SAD ini. Satu-satunya pengobatan untuk SAD adalah terapi cahaya. Para dokter memberikan cahaya lampu kotak secara langsung selama tiga puluh menit setiap pagi.


SINAR MATAHARI; KANKER KULIT VS KESEHATAN

Seluruh ahli kesehatan dunia sepakat bahwa cara paling mudah, aman dan rendah biaya untuk menjaga kadar vitamin D dalam darah adalah dengan berjemur di bawah sinar matahari secara tepat.
Berikut cuplikan dalam sebuah laporan penelitian yang dikutip oleh penulis:
The sun, not our diet, used to be the easiest way to obtain vitamin D. That is, until sunblock was developed to protect us from dangerous UV rays and skin cancer . You have to choose the lesser of two evils…skin cancer or vitamin D deficiency.
You may not realize this, but very few foods contain vitamin D naturally. Milk is actually fortified with vitamin D – it’s not in there when it comes from the cow. And even then, almost no one drinks enough milk to reach her daily vitamin D requirements. (More on this below). Cod liver oil is a good source of Vitamin D, but not too many people (adults or kids) guzzle this stuff.”
Meskipun demikian, ada cara yang tepat bagaimana berjemur dibawah sinar matahari. Paparan sinar matahari yang berlebihan juga dapat merugikan bagi kesehatan. Salah satunya adalah merusak mata; munculnya penyakit katarak. Tetapi pemakaian kacamata gelap (sunglasses) dapat mengurangi resiko ini.

Jika Anda terbakar (bukan berjemur) matahari lebih dari 5x, maka Anda berpeluang kanker kulit dua kali lipat. Hal ini masih belum baku, artinya, masih diteliti lebih lanjut. Karena resiko pada warna kulit atau ras tertentu dengan melanin yang lebih banyak (kulit sawo matang sampai hitam) bervariasi.

SINAR MATAHARI dan VITAMIN D
Sayangnya, selama beberapa dekade, para profesional dan media banyak memborbardir masyarakat dengan persepsi yang salah; jika tidak mau dibilang “menyesatkan”. Banyak orang percaya bahwa mereka HARUS menghindari terik matahari saat tengah hari dan harus banyak atau sering-sering menggunakan tabir surya (sunscreen) sebelum berjemur di bawah sinar matahari.
Tujuan artikel ini dibuat adalah “meluruskan” persepsi masyarakat yang salah dan menyediakan informasi dasar sebagai patokan untuk memperoleh vitamin D tubuh yang jelas sangat menguntungkan.

Sumber vitamin D terbaik adalah sinar matahari, meskipun ada beberapa jenis makanan yang mengandung vitamin D tidak sebaik sinar matahari. Terpapar sinar matahari, dengan tepat, adalah penting untuk kesehatan yang optimal, tetapi paparan sinar matahari yang salah atau berlebihan memang meningkatkan resiko kanker kulit.
Sinar matahari mengandung sekitar 1.500 jenis panjang gelombang; UVB adalah satu-satunya jenis panjang gelombang yang memproduksi vitamin D saat kulit terbuka terpapar. Tetapi UVA meningkatkan resiko kanker kulit dan dapat menyebabkan noda hitam-flek pada kulit. Karena itu sangat penting kita mengetahui kapan sinar matahari mengandung UVB yang tepat dan tidak sama sekali.

Kita juga harus mencatat bahwa sangat sedikit dari keseluruhan total radiasi matahari yang dapat mencapai permukaan bumi. Sebagian besar sudah disaring oleh atmosfir bumi.Karena itu dalam penelitian lebih dalam didapatkan FAKTA bahwa gelombang UVB HANYA mampu mencapai dan menembus atmosfer saat matahari berkedudukan/ membentuk sudut > 50° ( lebih besar ) dengan permukaan bumi. Itu artinya gelombang UVB paling banyak terdapat kira-kira pada pukul 11.00 – 16.00 WIB, untuk Indonesia, atau tengah hari yang lebih mudah perkiraannya di seluruh dunia. Ketika sudut antara matahari dan permukaan bumi < 50° (lebih kecil), maka atmosfer memantulkan UVB dan lebih banyak gelombang UVA yang menembus bumi.
Vitamin D yang aktif dalam tubuh, di peredaran darah adalah dalam bentuk Vitamin D3. Vitamin D merupakan vitamin yang larut dalam lemak, sehingga kadar yang berlebihan juga akan berbahaya bagi tubuh. Ketika gelombang UVB terkena pada permukaan kulit yang terbuka, maka kulit kita akan mengubah salah derivatif kolesterol menjadi vitamin D3. Proses ini membutuhkan waktu selama 48 jam sehingga vitamin D3 yang terbentuk dapat diserap dalam aliran darah, sehingga sangat penting untuk tidak mencuci/ mandi (menggunakan sabun-BUKAN terkena air) setelah paparan sinar matahari.

Therefore, if you shower with soap, you will simply wash away much of the vitamin D3 your skin generated, and decrease the benefits of your sun exposure. So to optimize your vitamin D level, you need to delay washing your body with soap for about two full days after sun exposure. Now, few are not going to bathe for two full days. However you really only need to use soap underneath your arms and your groin area, so this is not a major hygiene issue. You'll just want to avoid soaping up the larger areas of your body that were exposed to the sun.” Ujar Dr. Mecola, salah satu ahli dari United State Naval Observatory.
LALU; BAGAIMANA dengan SUNSCREEN – SPF ?
Penulis berharap; pembaca yang budiman tidak menjadi bingung bagaimana penggunaan tabir surya (sunscreen) diterapkan.
Sayang sekali, tidak banyak pendapat atau studi lebih lanjut untuk negara-negara dengan iklim tropis, dimana matahari bersinar hampir sepanjang tahun. Sehingga tidak didapatkan data yang akurat mengenai kejadian angka penyakit kanker kulit di Indonesia, misalnya, kemudian hubungannya dengan paparan sinar matahari secara langsung.
Kebanyakan penelitian di Amerika dan Eropa, mengatakan hampir kebanyakan masyarakat mereka menjadi tidak sadar bahwa kadar Vitamin D dalam tubuh mereka sangat rendah. Untuk mengoptimalkan, menaikkan kadar vitamin D dalam darah, mereka dianjurkan lebih banyak terpapar sinar matahari tanpa penggunaan tabir surya ataupun SPF. Supaya kulit tidak menjadi kering, penggunaan moisturiser/ pelembab lebih disarankan ketika mereka berjemur dibawah sinar matahari. Tidak heran jika daerah pantai menjadi sasaran berlibur setiap musim panas atau tempat “melarikan diri” para wisatawan asing dari musim dingin di negaranya.

Namun demikian, paparan sinar matahari yang berlebihan, bahkan didalam ruangan sekalipun, dapat menimbulkan efek merugikan, khususnya pada mata. Katarak, adalah penyakit paling banyak pada mata yang disebabkan karena terpapar sinar matahari tidak tepat. Jika hendak berjemur, lakukanlah hanya selama 10 -15 menit setiap kali, selama 4 – 5 kali dalam seminggu. Jangan lupa gunakan kacamata-hitam (sunglasses) pelindung atau topi untuk melindungi mata. Untuk kita, yang tinggal di Indonesia, penggunaan tabir surya adalah penting untuk perawatan sehari-hari kulit; baik dari segi kesehatan maupun dari segi estetika, terlebih jika Anda merencanakan untuk berjemur atau diharuskan bekerja dengan keadaan paparan sinar matahari yang tinggi. Sesekali tentu, Anda boleh “libur” mengenakan SPF demi kadar vitamin D yang optimal dalam darah.

BAGAIMANA MEMILIH LEVEL SPF?
Memilih kadar SPF harus disesuaikan dengan berapa lama kita merencanakan atau terbiasa berada di bawah sinar matahari, di luar ruangan. Pemilihan SPF setiap orang sebenarnya berbeda; tergantung dari jenis kulit dan ras. Cara mudahnya adalah mencari tahu berapa lama Anda menemukan kulit Anda memerah saat terkena sinar matahari, biasanya sekitar 20 menit ( untuk kulit cerah); artinya jika Anda memilih atau sedang menggunakan SPF yang 15, bearti 20 menit (waktu munculnya kemerahan pada kulit) X 15 = 300 menit. Aplikatifnya; Anda harus mengenakan SPF 15 setiap 300 menit (setiap 5 jam). Jika kulit Anda kering, gunakanlah pelindung yang mengandung moisturiser.



KADAR NORMAL VITAMIN D
Bagaimana cara mengetahui bahwa kadar vitamin D dalam darah saya normal?  Satu-satunya cara adalah dengan memeriksa darah Anda di laboratorium. Yakinkan bahwa kadar vitamin D darah Anda tidak < (kurang dari) dari 30ng/ml.
Orang-orang Amerika ataupun yang tinggal di negara-negara empat musim memerlukan vitamin D tambahan dalam bentuk suplemen. Dosis yang diberikan biasanya 1000 IU per hari. Kadar normal adalah antara 30.0 – 74.0 ng/mL. Tiap laboratorium mempunyai variasi kadar normal, karena itu  berkonsultasilah dengan dokter Anda. Jangan mengkonsumsi suplemen vitamin D > (lebih dari) 2000 IU per hari karena mengakibatkan “keracunan”.




ADAKAH SUMBER VITAMIN D LAIN?
Telah dikatakan tadi bahwa sumber Vitamin D terbaik adalah sinar matahari. Tetapi untuk negara-negara yang curah sinar mataharinya sedikit, diperlukan vitamin D tambahan dalam bentuk suplemen.
Ada juga beberapa makanan yang tinggi akan vitamin D, yakni golongan jamur, misalnya:
  • Jamur Maitake
  • Jamur Enoki
  • Jamur Shiitake
  • Jamur Morel
  • Omega-3


Jamur Enoki



Jamur Shiitake

Banyak terdapat dalam jenis ikan perairan dalam, seperti salmon, sarden dan tuna. Sumber Omega-3 nabati terbaik adalah flax seed atau biji rami.

HAL LAIN yang PERLU DIKETAHUI
Menurut American Academy of Pediatrics, bayi dengan usia dibawah satu tahun yang menyusui atau diberikan susu formula < 32 oz seharinya membutuhkan suplemen 400 IU sekali sehari. Biasanya suplemen vitamin D ini tersedia dalam bentuk drop. Dan begitu lahir, seorang bayi membutuhkan vitamin D sebanyak 400 IU.
Biasanya dalam 8 oz susu formula mengandung vitamin D sebanyak 100 IU. Jadi jika bayi Anda menghabiskan total 16 0z sehari susu formula (dari umur 1 – 3 tahun), bayi Anda masih kekurangan vitamin D sekitar 200 IU. Dan sampai usia 3 tahun jika anak Anda tidak meminum paling sedikit 32 0z susu formula, baik yang skim ataupun yang non-fat, maka anak Anda membutuhkan tambahan suplemen vitamin D.
Jadi, para orangtua, apalagi kita yang tinggal di Indonesia, jangan terlalu kuatir jika anak Anda suka bermain di luar rumah pada tengah hari. Dan pastikan anak Anda mendapat asupan vitamin D dalam rangka mempertahankan kadar yang aman dalam darah demi terlindungi dan mencegah resiko kanker. Sebaliknya, Anda harus “sedikit” kuatir jika putra-putri Anda menghabiskan waktu seharian di dalam rumah, asyik dengan permainan elektronik atau komputernya. Dorong putra-putri Anda untuk sering bermain di alam terbuka. Yang terpenting adalah; jangan lupa gunakan moisturiser atau pelembab pada kulit supaya tetap lembab dan menghindari iritasi. Sebagaimana kita tahu, pada masa anak-anak, pertumbuhan tulang sangat vital, dengan demikian kebutuhan vitamin D dalam masa pertumbuhan adalah esensial.
Orangtua juga perlu membentuk pola pikir anak-anak, khususnya, bagi putri-putri mereka menjelang usia belia, bahwa asumsi “berkulit gelap tidak menarik sehingga menghindari matahari sedemikian rupa” adalah SALAH. Seperti seorang ahli katakan pada kutipan di atas, kita harus bijak memilih: “berkulit eksotis tetap SEHAT atau berkulit putih tapi resiko kanker meningkat”?
Sinar matahari BUKANLAH musuh yang HARUS dihindari, melainkan karunia terbaik dari Tuhan Pencipta untuk keuntungan kesehatan tubuh manusia.

Salam awet sehat!

No comments:

Post a Comment